Aku tidak tahu harus memulai darimana. Aku tidak terbiasa mencurahkan isi hatiku dalam kata-kata, aku lebih mahir menyimpannya bagi diriku sendiri dan menyembunyikan rapat-rapat dalam hati. Namun tanpa kusadari itulah yang menyakitiku selama ini. Bukan kamu, bukan dia, bukan mereka, tapi aku. Ketakutanku adalah ketidakmengertian mereka yang mendengar, pandangan mereka terhadap kisah yang telah kupercayakan.
Tanpa bermaksud membandingkan, menghabiskan waktu denganmu yang begitu berbeda dengan dia yang pernah ada hidupku terasa sangat berbeda, dan tak dapat kupungkiri butuh kesabaran ekstra untuk mengerti sifat ajaibmu yang membuatku pusing tujuh keliling. Sejujurnya aku merasa ada satu bagian dari dirimu yang tak dapat kusentuh, yang menghadirkan keraguan dalam diriku akan cintamu. Sulit bagiku membayangkan ada sosok lain dalam benakmu selain aku. Tidak perlu menyangkal, karena aku ingat betul setiap kata-kata yang terucap dari bibirmu sejak pertemuan kita yang pertama. Namun bukan berarti aku tidak bahagia bersamamu, justru darimu aku belajar banyak hal. Darimu aku belajar berkorban, mengalah, mengerti, dan darimu jugalah aku dapat membedakan cinta dan obsesi. Meskipun mungkin bagimu belum cukup, katamu, kamu lelah akan sikapku yang kekanak-kanakan.